Azalea Hijab Dating Medan

Azalea Hijab Dating Medan : Ngobrol Asik Seputar Masalah Rambut Perempuan Berhijab – Review Event : Azalea. Saya suka nama itu. Nama Bunga yang banyak tumbuh di daerah beriklim sedang. Meski dikembangkan sebagai tanaman hias, Azalea juga biasa tumbuh di alam liar seperti hutan, bukit-bukit dan wilayah berawa. Azalea dikatakan mampu menyerap karbondioksida, memancarkan aura dingin ke sekitarnya.


Selama ini, itu yang saya tau tentang Azalea. Sampai beberapa waktu lalu saya mendapat info dari Medan Beauty Blogger kalau sebuah produk perawatan rambut dengan brand Azalea akan mengadakan acara di Medan. Dahi saya langsung berkerut, ada ya brand Azalea, kok saya baru tau yaaak hihihiii…


Singkatnya, saya pun diundang ke acara Azalea Hijab Dating Medan pada Sabtu, 15 April 2017 lalu. Saya tentu antusias dong untuk datang. Selain karena penasaran sama produk Azaleanya, juga karena ternyata Azalea adalah brand perawatan rambut untuk cewek-cewek berhijab. Yaiii… pas banget lah, secara sebagai cewek berhijab saya juga punya keluhan masalah rambut yang cukup mengganggu.


Masalah rambut saya adalah rontok dan ketombe. Kalau rontoknya sih udah dari dulu ya, dari jaman-jaman remaja dan berhijab cuma pas ke sekolah. Makanya rambut saya nggak pernah panjang terjuntai kayak model iklan shampoo, soalnya semakin panjang semakin banyak rontoknya. Sementara rambut saya terbilang tipis. Makanya kalau udah mulai panjang saya milih dipangkas aja. Rekor rambut panjang saya palingan lewat bahu dikit doang.


Kalau ketombenya saya perhatikan mulai muncul sejak pindah ke kontrakkan ini. Eh saya nggak tau ding ini termasuk ketombe atau bukan, soalnya nggak jatuh-jatuh kayak iklan shampoo anti ketombe itu, melainkan di kulit kepala. Kayak numpuk gituh di kulit kepala. Rambut jadi mudah lepek dan gatal. Saya nggak tau apakah di kontrakkan yang sekarang itu kadar debu, udara, dan kebersihan airnya beda sama di kontrakkan lama atau bagaimana. Soalnya sebelum pindah kontrakkan masalah rambut saya nggak gini-gini amat.


Oke, balik lagi ke acaranya Azalea Hijab Dating Medan. Acara dimulai sekitar pukul 11 siang di White Haus, sebuah kafe dengan dekorasi cantik di jl. Wahid Hasyim. Ruangan yang didominasi warna putih itu kian semarak dengan para beauty blogger yang hadir kala itu. Saya sedikit saltum nih kemarin. Di undangan dibuat dress code putih dengan sentuhan hijau, eh ya gitu nyampe semuanya pakai putih dominasi hijau tosca hehhehee


Acaranya berlangsung santai dan seru. Sebelum masuk sesi sharing, ada sesi lomba boomerang dan lomba instagram di sepanjang acara berlangsung. Sayanya yang selama ini nggak pernah pakai boomerang sampai bela-belain download aplikasinya. Sesi lomba boomerang dan foto ini bikin suasana tambah rame. Secara kan ya, ciwi-ciwi itu emang hobinya bergaya di depan kamera, apalagi ada lombanya, yo pada sibuk ngulang-ngulang take biar dapat hasil maksimal.

Take berulang-ulang demi hasil terbaik :)

Azalea Hijab Dating Medan menghadirkan mbak Dita dari Azalea, dan 2 blogger Medan, mbak Puput dan mbak Maharatu. Mbak Dita menjelaskan tentang masalah rambut pada wanita berhijab berawal dari kurangnya sirkulasi udara di kepala karena tertutup. Nah karena kurang sirkulasi, rambut jadi mudah lepek. Kemudian ketombe muncul, disusul masalah-masalah rambut lainnya. Iyeiii… ternyata akar dari masalah rambut berhijab itu ada di sirkulasi udara. Apalagi buat cewek berhijab yang punya segudang aktifitas di luar ruangan, masalah rambut ini bisa mengganggu banget.


Di kesempatan ini, mbak Dita memperkenalkan produk Azalea The Real Hijab Hair Care membuat rambut segar dan bebas lepek yang merupakan hair care terbaru dari PT. Gondowangi. Produknya berupa Azalea Hijab Shampoo dan Azalea Hair Hijab Mist. Dari namanya udah jelas kan kalau kedua produk ini diperuntukkan bagi ciwi-ciwi berhijab.

Sesi sharing mengenai masalah rambut wanita berhijab

Selain sertifikat halal yang dimiliki produk Azalea, hal lain yang menarik adalah bahan-bahannya yang alami. Azalea Shampoo mengandung Zaitun Oil, Ginseng ekstrak dan menthol yang proses ekstraksinya dilakukan sendiri oleh PT. Gondowangi sehingga terjamin kualitasnya. Sedangkan Azalea Hair Hijab Mist mengandung zaitun oil, aloe vera, dan menthol. Sama seperti Azalea Shampoo, proses ekstraksi pada Azalea Hair Hijab Mist juga dilakukan sendiri oleh PT. Gondowangi. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Azalea memang komitmen menggunakan bahan-bahan alami di produk mereka.


Kalau kalian baca komposisi dari kedua produk ini, mungkin bakal heran karena disitu tertera alkohol sebagai salah satu komposisinya. Loh kok bisa ada alkoholnya, katanya halal, piye sih?! Tenang, kandungan alkoholnya nggak lebih dari 5% kok. Jadi masih halal. Ketetapan MUI kan alkohol diperbolehkan asal jumlahnya di bawah 5%. So, masih halal guys :)

Sesi foto bersama

Pengalaman Menggunakan Azalea Hijab Shampoo dan Azalea Hair Hijab Mist
Usai acara Azalea Hijab Dating saya jadi penasaran pengen nyobain produknya. Secara seperti yang udah saya katakan di awal, rambut saya emang bermasalah, rontok dan ketombe. Jadi karena sudah nyobain beberapa merek shampoo tapi masih gitu-gitu aja, nggak ada salahnya dong nyobain Azalea.


Yang pertama saya pakai shampoo-nya. Saat membuka kemasan, aromanya tertangkap indera penciuman saya. Ringan dan tidak terlalu menyengat. Meski kemasannya berwarna hijauh, shampoonya sendiri berwarna coklat bening. Tidak terlalu kental, namun juga tidak terlalu cair.

Shampoonya berwarna coklat bening, sekilas malah kayak madu :D

Sesuai petunjuk cara penggunaan yang tercantum di kemasan, saya pun mengusapkan shampoo ke rambut yang sebelumnya udah dibasain dan memijatnya dengan lembut. Yang terjadi justru rambut terasa kering dan kaku. Menurut mbak Dita, di penggunaan awal memang seperti itu. Ini karena kandungan alami di Azalea Shampoo. Sementara sampo yang kita gunakan sebelumnya kan bisa aja ada bahan kimianya dan masih tertinggal di kulit kepala. Jadi semacam membersihkan sisah-sisah sampo lama gitu deh, sekalian penyesuaian kali yaaak.


Saya udah 3 kali keramas pakai Azalea Hijab Shampoo. Untuk rambut rontoknya belum saya perhatiin sih perbedaannya. Tapi untuk ketombe memang sudah berkurang. Kepala jadi berasa bersih dan nggak gatal, berasa segar juga jadinya. Oya, Azalea juga mengandung menthol yang membuat rambut terasa segar sepanjang hari. Karena ada kandungan mentholnya, jadi berasa semriwing. Cuma menurut saya pas keramas rasanya nggak sesemriwing shampoo menthol yang pernah saya pakai. Kalau menurut teman saya sih ini ada hubungannya sama kandungan alkohol yang di bawah 5% tadi. Dimana hubungannya, saya juga nggak tau hihihiii

Azalea the real hijab hair care

Nah untuk perawatan maksimal, disarankan menggunakan Azalea Hair Hijab Mist juga. Saya pakainya waktu kepala lagi berasa gerah. Azalea hair mist ini berfungsi untuk mengharumkan dan menyegarkan rambut. Cara penggunaannya tinggal di semprot aja ke rambut dengan jarak 10-15 cm.
Nah asiknya kalau kita lagi ada aktifitas di luar nggak perlu repot-repot buka jilbab, karena bisa langsung disemprotkan ke jilbab. Tenang aja, nggak bakal ninggalin bercak warna kok.



Yaps… itulah sekilas cerita saya tentang event Azalea Hijab Dating Medan : Ngobrol Asik Seputar Masalah Rambut Perempuan Berhijab dan pengalaman menggunakan rangkaian produk Azalea The Real Hijab Hair Care.

Kalian pernah menggunakan produk Azalea Hijab Hair Care? Gimana kesannya?!

Karena cerdas dunia maya butuh internet cepat

Karena Cerdas Dunia Maya Butuh Internet Cepat - Zaman sekarang ini, internet udah bukan hal baru lagi. Smartphone dan internet udah kayak kebutuhan primer. Rasanya ada yang kurang kalau si smartphone nggak ada dalam genggaman. Dan saat paket data habis sementara wifi nggak ada, galaunya ngalah-ngalahin di-PHP-in gebetan, ya nggak cin :D?!

Pokoknya sekarang itu yang penting ada sambungan internet, gitu deh intinya. Kalau nggak, bisa uring-uringan, syuuntuuuk, dan bisa berakhir dengan marah-marah nggak jelas. Ini bukan lebai loh. Tapi kenyataannya emang banyak yang gituh. Contohnya saya sendiri, kalau pas lagi stalking mantan terus sinyal ngadat, rasanya kesseeel abis. Jadinya bad mood, trus gebetan yang nggak tau apa-apa ngajak dinner langsung kenak semprot.

“Kamu masak lupa aku lagi diet, bisa-bisanya ngajak aku makan ayam bakar. Kamu mau aku gendut iya?! Nggak pengertian banget sih jadi cowok?!”

Okeh, saya akui kalimat di atas terlalu dibuat-buat. Bagian stalking mantannya emang bener, tapi bagian gebetan ngajak dinner itu drama, secara saya lagi nggak punya gebetan *nangis di pojokan*.

Tapi saya pernah suntuk nggak ketulungan pas lagi blogging trus sinyalnya ngumpet entah dimana. Rasanya pengen banting tuh hape padahal hapenya nggak salah.

Karena butuh internet cepat untuk blogging, saya sampai gonta ganti provider buat nyari tau mana yang jaringannya cepat dan stabil. Khususnya kalau di rumah. Secara di belakang rumah saya itu berbatasan langsung dengan tembok tinggi, ruko empat lantai yang memanjang melebihi lebar rumah kontrakkan kami. Dan sejak dua mingguan lalu, saya nyoba pakai Smartfren 4G. Sejauh ini sih lancar jaya.

Btw, ngomongin blogging. Ada yang pernah tanya, apa sih tujuan saya ngeblog. Kalau dulu jawabannya adalah sebagai diari, meluahkan apa yang tengah saya rasakan. Tapi sekarang tujuannya nambah, selain untuk menyalurkan hobi nulis, harapannya bisa membawa dampak positif ke pembaca. Tujuan ngeblog itu penting buat seorang blogger, supaya kita tau apa yang harus kita lakukan dengan blog kita. iya, tujuan blog itu sama pentingnya dengan tujuan pendidikan dan tujuan hidup *ealaaah… kok jadi belok ke pendidikan yaaak :D*

Jika tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia, maka gadget dan internet adalah sarana yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan itu. Dengan adanya internet siapa saja bisa mengakses informasi. Pengetahuan-pengetahuan yang mungkin tidak akan didapat jika tidak mengecam pendidikan formal, kini bisa dicari di internet.

Dengan internet, dunia seolah dalam genggaman. Tak terbatas usia, internet bisa dinikmati siapa saja asal tersedia alat (handphone, PC) yang terhubung jaringan internet. Namun, di sisi lain, akses informasi yang tanpa batas juga membawa dampat negatif loh. Pornografi merebak, bahkan kelompok radikal sekarang menggaet pengikut baru lewat internet. Yang digaet biasanya anak-anak muda. Duuh suka serem kalau dipikir-pikir.

Sebagai blogger dan pegiat sosial media, saya sendiri pun harus terus belajar cerdas dan melek cara pemanfaatan internet untuk hal-hal positif. Secara di blog dan sosial media yang dilakukan orang adalah berbagi. Kalau yang kita bagi adalah hal-hal yang baik, mudah-mudahan dampaknya juga baik dan mencerdaskan pembaca.

Dimulai dari diri sendiri, saya menerapkan beberapa kebiasaan kecil saat blogging dan bersosmed ria. Mengajak teman-teman di lingkungan saya untuk ikut serta menerapkannya.


Nggak nge-share link berisi konten negatif

Sering banget kan di sosmed kita lihat orang membagikan link website yang isinya hal-hal negatif. Negatif yang dimaksud disini bukan hanya berita hoax, tapi juga hal negatif lainnya seperti pornografi, situs judi bola, dan situs radikal. Dengan menahan diri untuk tidak membuka dan membagikan link situs-situs tersebut, kita sudah turut serta mencegah orang-orang di sekitar kita terpapar dampak negatif internet.


No hate speech

Ini berlaku di sosmed ataupun di tiap postingan di blog saya. Saya paham, hidup nggak seideal pikiran masa kecil kita. Lagian saya juga sadar seratus persen, perbedaan tidak untuk digunjingkan, mengkritik tidak harus dengan mencaci kekurangan.

Postingan-postingan hate speech ini seringnya memicu perang komentar, sampai ada yang berujung saling blokir akun. Yang tadinya temen akrab jadi musuhan gara-gara postingan di sosmed. Oh no….



Konten positif

Biar dikata masih blogger labil dan postingannya masih menye-menye nggak jelas, tapi sebisa mungkin saya menghindari postingan yang memungkinkan memberi efek nggak baik buat pembaca. Konten-konten negatif yang bertebaran dimana-mana itu harus diimbangi dengan konten positif. Iya, sebagai blogger, kita harus ikut berperang. Masak iya kita udah punya senjata tapi nggak dimanfaatin.

Gadget, jaringan internet, dan blog/sosmed adalah senjata perangnya para blogger. Nah amunisinya adalah niat dan otak kita. Kalau niatnya baik, amunisinya adalah konten-konten positif hasil dari pemikiran kita. Kalau niatnya nggak baik, ya tau sendirilah amunisinya berupa apa :D

Blog, sosmed, dan internet layaknya pisau. Tinggal kitanya mau dipergunakan untuk apa, nusuk orang atau ngiris bawang :D kalau saya sih milih buat ngiris bawang, soalnya mau buat nasi goreng biar semua kenyang :D


Lapor!

Ingat kejadian grup pedofil di facebook yang berhasil diungkap oleh komunitas ibu-ibu yang beritanya ramai kemarin? Nah, kita juga bisa berperan serta seperti mereka. Kalau saya sih biasanya kalau ada akun-akun yang nggak jelas, saya laporkan. Misal di FB ada yang suka posting link porno, nah kita bisa laporin ke facebook-nya tuh. Begitu juga di akun sosmed lainnya. Lapor, lapor! Nggak tau caranya? Ntar di postingan lain saya kasi tau deh caranya.


Ikut komunitas
Tentunya komunitas berbasis dunia maya ya. Misalnya saya yang ikut komunitas Blog M, komunitas para blogger di Kota Medan. Disini kita nggak cuma berteman di dunia maya doang. Tapi juga kerap kopi darat.

Barusan juga diresmikan Smartfren Community di Medan. Jadi ini wadah untuk mereka yang punya loyalitas ke Smartfren. Karena Smartfren juga punya misi untuk mencerdaskan bangsa melalui internet, jadi saya pun nggak ragu untuk ikutan komunitas ini. Sejalan lah sama pemikiran saya selama ini.

Peresmian secara simbolis Smartfren Community Medan

Ikutan komunitas ini cara saya meng-upgrade diri. Karena disini kita nggak cuma berbagi info cara agar postingan kita banyak dibaca orang doang, tapi gimana postingan tersebut berdampak positif ke pembaca.

Tahun 2016 lalu saya juga ikutan duta damai dunia maya angkatan pertama. Komunitas ini fokusnya lebih ke menyebarkan pesan-pesan positif di dunia maya agar netizen bisa lebih cerdas lagi dalam menyikapi berita-berita hoax.

Duta damai dunia maya angkatan pertama

Mencerdaskan pembaca itu sama aja dengan mencerdaskan bangsa loh. Dan untuk mencerdaskan bangsa kita perlu bergotongroyong, bareng-bareng, saling bersinergi. Makanya berkomunitas itu perlu menurut saya.



Sejauh ini masih itu sih yang saya lakukan. Masih jauh dari angan-angan mencerdaskan Indonesia. Tapi seenggaknya saya sudah mencoba dan memulainya. Ke depan, harapannya sih bisa terus menyebarkan hal-hal positif baik lewat blog maupun sosial media. Bisa mengajak lebih banyak lagi orang untuk cerdas bersosial media. Eh satu lagi ding harapannya, semoga dengan menggunakan provider Smartfren 4G 100% aktifitas blogging bisa terus lancar jaya. Secara apalah arti konten bagus kalau tak terposting gara-gara sinyal lemot ya kan :)

Kalian udah ngelakuin apa aja dengan blog kalian? Share dong!

Kreasi bubuk teh ala Rendy Handycraft

Kreasi Bubuk Teh Ala Rendy Handycraft : Kalian suka mengonsumsi teh, kopi, atau malah jamu? Atau mungkin di rumah kalian banyak papan tak terpakai? Jika iya, jangan dibuang. Karena benda-benda yang kita anggap sisah itu ternyata bisa disulap menjadi barang menarik dan bermanfaat loh!

Tak percaya? Lihat saja beragam hasil koleksi Rendy Handycraft. Kotak pinsil, asbak rokok, celengan, hingga lukisan dari bubuk teh ada disini. Bubuk teh sisah yang biasanya dibuang itu berubah menjadi barang bernilai seni yang tak hanya cantik, tapi juga bernilai guna.

Rendy Prayogi, pemilik Rendy Handycraft mengawali usaha kerajinan bubuk teh ini sejak 2013. Terbiasa melihat bubuk teh sisah seduhan di warung ibunya, ia pun kemudian mendapat ide untuk mengolahnya kembali. Dan setelah belajar ke beberapa orang, jadilah celengan bubuk teh berlabel Rendy Handycraft.

Meski Rendy Handycraft  memproduksi dan menerima berbagai kerajinan dari bubuk teh, namun saat ini fokus mereka ada pada produk celengan. Usut punya usut, ternyata ada alasan tersendiri kenapa fokus pada celengen bubuk teh.

“Kalau lukisan bubuk teh memang bagus. Tapi kan sudah ada senimannya. Jadi saya berpikir untuk berkarya dengan bubuk teh namun dengan produk yang berbeda. Dan muncullah ide celengan bubuk teh ini. Kenapa celengan, karena saya ingin produk saya bisa dimiliki oleh semua kalangan karena harganya terjangkau. Selain itu juga sekalian mengkampanyekan gerakan ayo menabung,” ujar Rendy.

Celengan dari berbagai bahan, kreasi Rendy Handycraft

Selain memanfaatkan limbah bubuk teh, hal menarik lainnya dari celengan Rendy Handycraft terletak pada disainnya. Pembeli bisa request disain yang diinginkan. Bisa berupa tulisan nama, gambar tokoh kartun, tokoh terkenal, atau disain buatan sendiri. Tinggal berikan disainnya saat mengorder, nanti saat celengan sudah jadi, kalian akan dihubungi. Lamanya waktu pengerjaan tergantung pada tingkat kesulitan dan banyak atau tidaknya pesanan yang sedang dikerjakan.

“Biasanya sih kalau orderan sedang sedikit, sehari saja sudah selesai. Tapi kalau lagi banyak orderan, ya bisa lebih lama lagi,” terang Rendy.

Disain di celengan bisa request sesuai keingin pembeli loh!

Sejak 2013 hingga kini, celengan bubuk teh Rendy Handycraft ternyata kian digemari. Pembelinya pun beragam, tidak melulu anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Tidak hanya masyarakat Medan, tetapi juga dari luar kota dan bahkan luar negeri.

Jika dulu hanya berkreasi dengan bubuk teh, kini celengan Rendy Handycraft mulai merambah ke bahan lain. Masih berkutat pada bubuk dan serbuk, seperti bubuk ampas jamu, serbuk kayu, bubuk ampas kopi, dan tentu saja teh. Secara kualitas juga semakin meningkat.

Aneka bubuk yang digunakan Rendy

Diceritakan Rendy, pernah suatu ketika ia hampir putus asa mencari cara agar bubuk teh pada celengannya tidak berjamur. Berbagai cara sudah dicoba namun tak juga berhasil. Hal tersebut membuatnya berpikir untuk berhenti karena tak ingin mengecewakan pelanggan karena kualitas produknya yang rendah. Namun karena tekad dan kemauannya belajar, akhirnya ia menemukan jalan keluar. Ia pun dengan percaya diri mengatakan kalau celengan bubuk tehnya selain tidak berjamur juga tahan air.

Saat ini, selain fokus pada bahan-bahan berupa bubuk dan serbuk, Rendy Handycraft juga memberikan sentuhan kearifan lokal dalam disainnya.

Tak hanya disain-disain yang sedang hits, Rendy juga memasukkan motif-motif lokal pada disain celengannya.

“Ya daripada ngerjain yang nggak jelas, kan lebih baik berkreasi. Kenapa saya masukin unsur kearifan lokal, karena kalau bukan kita yang melestarikan warisan budaya kita, siapa lagi?" papar Rendy

Kalian tertarik mengubah ampas teh kalian seperti yang dilakukan Rendy Prayogi? Tak ada salahnya mencoba. Tapi jika kalian merasa kurang kreatif *seperti saya hihihii* atau tak memiliki waktu untuk  menyulapnya menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat, kalian bisa membelinya di Rendy Handycraft. Lihat saja instagramnya : rendyhandycraft. Harganya variatif, tergantung tingkat kesulitan disain yang kalian inginkan.

Bersama Rendy, sang pengrajin sekaligus owner Rendy Handycraft

Oke, itu sedikit informasi tentang Kreasi Bubuk Teh Ala Rendy Handycraft, kalau penasaran langsung saja samperin orangnya :D

Kalian pernah berkreasi dengan bubuk teh? Jadi apa?!

Orang kampung ngapain kuliah?!

Orang Kampung Ngapain Kuliah?! - Kuliah. Hal tersebut mungkin terdengar biasa saja saat ini, apalagi bagi masyarakat perkotaan. Tapi beberapa tahun yang lalu, kuliah adalah kata yang sangat asing bagi orang-orang di kampung Ega. Jangankan kuliah, umumnya anak-anak di kampung Ega hanya lulusan SMP. Setelah SMP, pilihannya ya nganggur bagi yang malas, dan membantu orang tua bagi yang rajin. Yang laki-laki biasanya ke ladang. Dan yang perempuan kebanyakan hijrah ke kota. Bukan menempuh pendidikan, melainkan menjadi pembantu di rumah-rumah orang kaya di kota. Selain dua pilihan tersebut ada satu pilihan lagi; menikah. Ya, zaman Ega remaja di kampung mereka sedang ngetren menikah muda *seorang temannya bahkan sudah dilamar saat ia belum lulus SMP*

Setelah SMP, Ega melanjutkan sekolah di kota kabupaten. Saat itu ada 6 orang anak dari kampungnya yang melanjutkan ke jenjang SMA. Tiga tahun kemudian, dari enam orang tersebut hanya menyisahkan tiga orang yang melanjutkan pendidikan; dua orang di jenjang S1, satu orang D1. Ega salah satu dari tiga orang itu.

Kampung mereka geger. Keputusan mereka untuk kuliah menjadi bahan perbincangan orang sekampung. Pasalnya menurut orang sekampung baru Ega dan teman-temannya lah anak kampung tersebut yang sok-sok’an mau kuliah. Tak tanggung-tanggung, kuliahnya pun di kota provinsi. Kota yang sebagian besar penduduk di kampung mereka belum pernah menjejakinya. Kota yang kondisinya hanya mereka dengar dari cerita anak-anak mereka yang jadi pembantu disana.

Bukannya bangga, niat ingin kuliah ini justru jadi bahan cibiran.

“Orang kampung aja lagak mau kuliah.”

“Ngapain kuliah segala, ujung-ujungnya juga ke dapur.”

“Perasaan orang kaya!”

Orangtua Ega, khususnya alm. Ayah, sejujurnya juga sedikit keberatan Ega kuliah. Bukan karena tak suka, melainkan karena ia takut Ega susah di perantauan karena perekonomian yang minim.

Sebelumnya perekonomian mereka tergolong lumayan. Ayah bekerja di salah satu perusahaan yang berpusat di Medan, dipercaya sebagai kepala cabang di Rantau Prapat. Sebelumnya Ega bahkan bercita-cita kuliah di Jogja dan ayah pun mengiyakan. Namun apalah daya, sejak Ega SD ayahnya mengidap penyakit komplikasi. Puncaknya saat Ega kelas 3 SMK. Ayahnya memilih mengundurkan diri karena sudah berbulan-bulan hanya bisa berbaring di tempat tidur.

Saat ayah Ega memutuskan tidak bekerja lagi, perekonomian keluarga mereka seketika anjlok. Mungkin karena selama ini mereka hanya bertumpu ke ayah, jadi ketika beliau berhenti bekerja, pemasukan pun terhenti. Masa-masa itu Ega sungguh takut setakut-takutnya. Ega takut membayangkan hari esok. Takut tidak bisa beli baju di toko lagi. Takut tidak bisa jalan-jalan sekeluarga lagi. Bahkan ia takut tidak bisa makan rutin tiga kali sehari seperti biasanya. Mungkin terdengar berlebihan, tapi itulah gadis itu alami.

Setelah berhenti bekerja, keluarga Ega kembali ke kampung mereka di pedalaman Asahan. Sebuah kampung berjarak  sekitar satu jam dari Kisaran yang kondisi jalanannya berbukit dengan tanah berlubang di sana sini.

Rumah mereka di kampung hanya berdinding papan dan atap seng yang sudah berkarat.

Ega menjalani masa setahun terakhir di sekolah dengan kalut. Sering terpikirkan kehidupan ke depan. Ayah yang sakit-sakitan dan butuh dana untuk berobat, dan ibu yang… ah iya, ibu! Untungnya Ega punya ibu yang luar biasa. Sejak ayah jatuh sakit, meski awalnya bingung, ibu maju dengan sigapnya, menawarkan bahunya untuk menanggung beban yang selama ini dipikul ayah. Ia yang biasanya hanya menemani ayah bertugas, kini menjadi garda depan di keluarga Ega. Sambil mengurus ayah, ibunya membuka usaha kecil-kecilan. Berjualan apa saja yang bisa dijual dan halal. Seperti tak punya rasa lelah. Pun tak pernah terlihat mengeluh.

Melihat ibu, pelan-pelan ketakutan Ega pudar. Pelan-pelan Ega kembali membangun mimpi. Bahkan ketika ayahnya pesimis, Ega justru tak goyah. Ega ingat, waktu itu ayahnya bilang begini :

“Oalah nduk, dulu waktu ayah masih kuat dan punya (uang), abang-abangmu disuruh sekolah susahnya mintak ampun. Sekarang ayah udah begini kamu malah mau sekolah.”

Ega mau nangis saat mendengar ucapannya. Dirinya paham, ayahnya bukannya melarang, justru sebenarnya senang, namun rasa tidak mampunya sebagai orang tua melukai hatinya sendiri.

“Ada universitas yang nawarkan program khusus ke sekolah buat siswa berprestasi, seleksinya lewat nilai raport. Kemarin aku ditawarin untuk ikut seleksi. Uang pendaftarannya pakai uang hadiah menang LKS (Lomba Ketrampilan Siswa) kemarin saja, kan kemarin kutabung. Kalau lulus seleksi, aku kuliah ya,” ucap Ega. Ayahnya hanya diam.

Menanti pengumuman seleksi dengan kondisi menjadi bahan cibiran orang, sungguh situasi tidak mengenakkan. Tiap saat Ega berdo’a, memohon agar Tuhan mengabulkan keinginannya. Ia ingin kuliah.


Yang dinanti-nanti pun tiba. Hasilnya, ia tidak lulus seleksi. Ega kecewa. Marah. Ternyata bukan hanya orang kampung yang tak suka ia kuliah, Tuhan pun enggan merestui. Jangan-jangan di atas sana Dia juga tengah mencibirku, sama seperti orang di kampungku, batin Ega.

Beberapa hari Ega habiskan dengan berdiam diri. Kemudian pasrah. Mungkin memang sudah takdirnya. Hari depan mungkin akan ia habiskan di kampung, menunggu dilamar, atau jadi pembantu agar bisa membantu biaya berobat ayah. Sudah lah, ia pasrah.


Beberapa teman ikut bimbel dan mendaftar seleksi masuk perguruan tinggi. Teman-teman dekat yang selama ini Ega ‘racuni’ untuk kuliah, gantian ‘meracuni’nya untuk ikut seleksi. Gadis itu hanya menggeleng saja. Tabungannya sudah habis untuk keperluan ini itu menjelang kelulusan sekolah. Sejak kecil Ega sudah dibiasakan menabung. Dulu pakai celengan bambu. Lalu saat SMK ia menabung di bank. Jumlahnya sebenarnya kala itu lumayan banyak, mengingat dulu perekonomian keluarga mereka lumayan baik. Tapi sejak ayahnya tidak kerja lagi, jumlahnya tak pernah bertambah. Malah berkurang. Lalu habis tak tersisah.


Waktu itu H-2 pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi ditutup. Sahabat-sahabat Ega terus menelfon, mengajaknya ikut mendaftar. Apalah daya, dirinya hanya bisa membalas dengan kalimat :

“Good luck ya!”

Ia mengucapkan kalimat tersebut dengan suara tertahan dan bulir air yang menggantung di sudut mata. Rasanya sangat ingin ikut, tapi kuliah hanyalah angan-angan semu bagi anak kampung yang perekonomiannya pas-pasan. Apalagi dengan kondisi orang tua yang sakit-sakitan.

Sampai jauh malam, mereka bergantian menelfon. Puncaknya ketika seorang sahabat yang sekolah di daerah Riau, malam itu berada dalam perjalanan menuju Medan untuk mendaftar ujian seleksi. Ia menelfon Ega untuk kesekian kalinya sambil terisak.

“Beneran nggak daftar?! Aku jauh-jauh dari pedalaman Riau berangkat ke Medan buat daftar, semua itu gara-gara kau. Kau yang bilang kalau kita harus kuliah, harus jadi orang kampung yang cerdas dan sukses. Masak sekarang kau yang mundur sih?! Ayolah sobat, masih ada waktu.”

Sahabatnya berucap sambil menangis. Ega pun tak mampu lagi menahan air mata. Mereka bertangis-tangisan. Namun Ega tetap tak bisa berjanji untuk datang ke Medan dan mendaftar besok.

Hingga menjelang pagi baru handphone-nya berhenti berdering. Ia duduk terdiam dan berpikir. Benarkah Tuhan tak memberi restu? Benarkah takdirnya hanya jadi anak kampung yang menjadi pembantu di kota? Siapa yang akan mengubah nasib keluarganya sementara abang-abangnya pun masih berjuang menafkahi keluarga mereka masing-masing? Dan bagaimana ia menunjukkan wajah ke orang-orang yang sudah mencemooh niatnya untuk kuliah?! Tidak, tidak! Ia tidak mau selamanya dicibir. Orang-orang di kampungnya harus melihat ia bisa sukses dengan kuliah. Lagi pula, walaupun ia gagal seleksi dari sekolah, bukankah ada ujian seleksi nasional. Artinya masih ada jalan. Artinya Tuhan bukan tidak merestui, Ia hanya ingin Ega berjuang lebih keras lagi untuk membuktikan sekuat apa tekadnya. Ya, dirinya hanya harus berjuang lebih keras lagi.

Air mata Ega kembali jatuh pagi itu menyadari kekeliruannya telah berprasangka buruk pada Tuhan. Duh Gusti, ampuni diri yang tengah berproses ini, bisik hatinya lirih


Matahari menampakkan diri. Ega memantapkan hati untuk mengatakan niatnya ke ibu. Di dapur, ibu tengah menyendok nasi dari periuk.

“Ibu ada simpanan uang?”

“Ada tapi nggak banyak.” ibu tak bertanya  untuk apa. Mungkin ia mendengar percakapan dan tangis Ega tadi malam.

“Aku mau ke Medan daftar kuliah.”

Ega cuma bisa berkata sampai disitu saja. Tak sanggup lagi berlisan. Takut ibunya terluka karena merasa tidak mampu.

Ibu pergi ke kamar, dan kembali dengan meletakkan dua lembar uang ratusan di atas meja makan reot mereka.

“Cuma ini yang ada, semoga cukup,” ujarnya pelan.

Mata Ega seketika berkaca-kaca. Namun ia tahan agar tak jatuh. Segera ia menyuapkan sesendok nasi ke mulut. Bergegas mandi, pamit ke ortu kemudian diantar abangnya ke stasiun KA Kisaran.

Dengan bekal 200 ribu dari ibu, 50 ribu pinjaman seorang teman, serta restu orang tua, Ega berangkat ke Medan seorang diri. Uang itu kalau dipikir-pikir hanya cukup untuk uang pendaftaran saja. Sementara ia harus tinggal di Medan selama seminggu untuk mendaftar dan ikut ujian. Harus membeli peralatan ujian. Juga biaya hidup selama di Medan. Sungguh jumlah yang sangat kurang. Tapi ia sudah meniatkan diri untuk berangkat, meski letak kampusnya dimana pun ia tidak tau. Ega tetap berangkat. Yang terbersit di pikirannya kala itu hanya satu : saya sudah bermimpi sedemikian tinggi, maka saya pun harus punya keberanian besar untuk memperjuangkan mimpi itu. Sesulit apapun, pasti ada jalan.

Sekarang, Ega bukan lagi anak kampung yang dicibir karena nekad kuliah. Tapi dielu-elukan karena dianggap sukses berkat kuliah. Ia jadi orang yang dicontohkan para orang tua di kampungnya ke anak mereka.

Sebab tiap impian punya harga yang harus dibayar

Namun bagi Ega, yang lebih membahagiakan adalah melihat anak-anak kampung yang memiliki cita-cita setelah mendengar kisahnya. Melihat mereka semangat menabung impian, juga menyisihkan sebagian uang jajan. Sebab tiap impian punya harga yang harus dibayar.


“Cerita ini didukung oleh Bank Sumut”
#ayokebanksumut #banknyaorangsumut

Anonimo Coffe, Tak Melulu Kopi

Anonimo Coffe, Tak Melulu Kopi - Kuliner Medan : Namanya cukup unik: Anonimo Coffe. Lokasinya di jalan T. Amir Hamzah No.216  Medan. Meski ada embel-embel coffe di namanya, tapi mereka juga menyediakan menu-menu berat yang mengenyangkan dengan taste yang tak mengecewakan.

Meski berada tepat di pinggir jalan raya, namun suasana Anonimo Coffe tetap nyaman untuk bersantai. Rindang pohon yang menaungi dan tanaman-tanaman hijau di sekitar kafe memberikan kesan asri.

Anonimo Coffe Medan

Anonimo Coffe Medan

Anonimo Coffe buka dari pukul 11.00 : 23.45 WIB. Tersedia pilihan tempat duduk outdoor dan indoor, dengan fasilitas musholla dan wifi. Dan, ada juga butik pakaian dengan disain yang tidak pasaran. Jadi setelah kunyah-kunya dan ngopi-ngopi santai, bisa sekalian belanja.

Ada butiknya juga,,, duuuh,, siap-siap tergoda untuk belanja

Hot Coffe Latte (25K)
Untuk urusan perkopian, Anonimo Coffe boleh diaduh. Baik itu soal rasa, ataupun kelihaian para baristanya dalam latte art. Jenis dan asal kopinya pun beragam, tentunya dengan kualitas pilihan. Kalian tinggal datang dan sebutkan jenis kopi apa yang diinginkan: Gayo, Mandheling, lintong, Sigalingging, atau yang lainnya.

Ada yang bilang, menu kopi di Anonimo Coffe ini salah satu yang terbaik di Medan, jadi wajib dicoba dong ya :)

Hot Chocolate (30K)
Jika kalian bukan penggemar kopi, tenang saja. Kalian tetap bisa duduk santai sembari menikmati menu minuman yang lainnya. Ada hot/cold chocolate dengan premium dark Chocolate 70,5 %. Cocok disandingkan dengan Roti Bakar Siantar ataupun menu ringan lainnya.

Berhubung saya suka cokelat, jadi nggak mau melewatkan menu cokelat panasnya Anonimo Coffe :)

Roti Bakar Siantar (15K)
Tau dong ya kalau kota Pematangsiantar memiliki banyak kuliner enak. Nah di Anonimo Coffe ada juga menu dari kota Siantar. Namanya Roti Bakar Siantar. Yang menarik dari Roti Bakar Siantar adalah cara pembuatannya yang memang dibakar di atas bara api. Bukan di kuali besi pada umumnya. Disajikan bersama taburan keju dan susu kental cokelat. Sangat ideal dinikmati selagi hangat, di tengah perbincangan yang hangat pula ;)

Waktu terbaik makan Roti Bakar Siantar itu ya waktu lagi anget *tipsnya ngasal nih saya, perasaan semua roti bakar enaknya memang waktu anget kan ya :D*

Paket Makan Siang (30K)
Merindukan makan siang dengan menu rumahan yang tidak itu-itu melulu? Cobalah memesan paket makan siang di Anonimo Coffe. Sepaket menu makan siang lengkap dengan 2 pilihan minuman: es teh pahit dan es cincau. FYI, es cincaunya segeeeer karena ada sebutir jeruk kasturi yang sangat klop dipadukan dengan es dan cincau.

Paket makan siangnya kompliiit... es cincaunya segeeer!!!

Jangan heran jika menu paket makan siang di Anonimo Coffe berbeda-beda tiap harinya. Hal itu disengaja justru untuk memanjakan lidah pengunjung agar tak bosan dengan menu yang itu-itu saja.
Oya, untuk paket makan siang, nasi dan sayurnya bebas refill ya. Jadi kalau kurang bisa nambah lagi.

Sate Kambing Muda (35K)
Penggemar sate atau bukan, Sate Kambing Muda ala Anonimo Coffe layak untuk kalian coba. 1 porsi berisi 7 tusuk sate dari kambing muda berumur 3-4 bulan siap memanjakan lidah siapa saja. Disajikan bersama irisan bawang merah, tomat, cabai serta kecap kental. Kalian bebas mencampur semuanya atau menyisihkan salah satunya jika tak suka. Tak perlu takut tekanan darah akan naik karena ternyata daging kambing muda memiliki resiko yang lebih kecil dalam meningkatkan tekanan darah. Dagingnya lebih lembut, dan yang terpenting aroma kambingnya tidak begitu kentara.
Selain Sate Kambing Muda, ada pula Sop Kambing Muda yang juga siap menggoyang lidah kalian.

Duuh ini sate kambing muda kok bikin saya pengen balik lagi ya ke Anonimo Coffe

Tuh kan bener yang saya bilang : Anonimo Coffe, Tak Melulu Kopi. Karena selain kopi, ada banyak menu lain yang oke punya. Jadi, cobalah mampir, siapa tau jodoh #eh