Sabang, Surga Pariwisata Aceh di Ujung Barat Indonesia :
Dari Sabang sampai Merauke
Berjajar pulau-pulau
Sambung menyambut menjadi satu itulah Indonesia
(Dari Sabang sampai Merauke - R. Sunaryo)
Lewat pelajaran di sekolah, saya akhirnya tau kalau keduanya merupakan nama wilayah di ujung barat dan timur negeri ini. Sabang di ujung barat, sedang Merauke berada di paling timur. Otak kecil saya kala itu pun liar berimajinasi. Jika Merauke adalah wilayah paling timur, berarti Merauke adalah wilayah Indonesia yang paling pertama disapa mentari pagi. Dan Sabang adalah wilayah yang paling akhir melepas matahari sebelum malam datang. Wuaaah.. saya pun tambah berkhayal, menyambut mentari pagi di Merauke dan menikmati sunset di Sabang suatu saat kelak *jadi pemirsa nggak usah heran ya kalau saya kini punya banyak mimpi, wong waktu kecil aja udah suka ngayal gini*
Sabang. Tempat ini sering menjadi perbincangan di kalangan teman-teman seorganisasi saya kala kuliah. Perbincangannya tak lain tak bukan adalah tentang keindahaannya yang begitu memesona.
Jauh-jauh hari sebelum liburan semester, teman-teman saya sudah menyusun rencana untuk mengunjungi tempat ini saat liburan kuliah datang. Mendiskusikan spot-spot wisata yang akan dikunjungi, apa-apa saja yang perlu disiapkan sebelum berangkat, dan tentu saja budget yang harus disediakan.
Saya tentu saja ikut nimbrung meski hanya jadi pendengar. Ingin sekali ikut dalam rencana liburan itu namun selalu menggeleng saat salah satu dari mereka mengajak serta.
Sebelumnya, menyaksikan langsung keindahan ini hanyalah impian. |
Sabang, kelak aku akan mengunjungimu dengan hasil jerih payahku sendiri…
Dan Akhirnya…
29 Oktober 2013, beberapa hari setelah wisuda, untuk pertama kalinya kaki ini menjejak di ujung barat Indonesia. Yang lebih membahagiakan lagi adalah : saya kesana dengan uang jerih paya saya sendiri, sesuai niatan hati saya beberapa tahun lalu. Sebelum menyelesaikan kuliah, saya memang mengambil cuti dan bekerja. Menyelesaikan studi dan mengunjungi tanah impian lewat hasil keringat sendiri, rasanya sungguh haru *senyum-senyum sendiri mengingat 2 momen itu*
Welcome to Sabang –Weh Island, Where the Wonderful Indonesia starts from..
Saya sungguh girang membaca tagline pariwisata Sabang di sebuah plang di Pelabuhan Balohan-Sabang. Sebuah kalimat yang provokatif dan membuat saya tak sabar untuk segera mengeksplore pulau ini. Benarkah sesuai ekspektasi saya selama ini atau hanya isapan jempol semata.Sabang - Weh Island, Where the Wonderful Indonesia starts from.. |
Jalannya mulus euyyy.. pemandangannya yahud :) |
Deru laju kendaraan kami sesekali melambat. Bukan Karena lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, melainkan hewan-hewan ternak yang santai menguasai jalan. Sekawanan sapi ataupun kambing berada di tengah-tengah jalan lintas adalah pemandangan yang biasa di pulau ini. Bukannya terganggu, saya justru teringat kampung halaman dimana beternak sapi dan kambing merupakan salah satu ciri penduduk di kampung saya. Seketika saya jadi merasa kerasan dan berasa di kampung sendiri.
Mungkin karena sudah terlalu penat dengan keramaian kota besar, berada di kota Sabang yang kecil *jika dibandingkan Medan* membuat saya begitu menikmati perjalanan di kota ini. Saya suka suasana di jalan Diponegoro Sabang, jalan dimana kantor walikota Sabang berada. Jalanannya lengang dengan pepohonan besar nan rindang di kiri-kanan jalan. Bersih dah asri. Di sisi kiri, terdapat kursi-kursi yang bebas untuk diduduki. Pemandangannya berupa laut dan atap-atap bangunan yang berada di bawah. Sejenak melepas lelah di sini sambil menikmati udara sejuk dan pepohonan rindang merupakan ide yang brilian.
Berfoto di depan kantor walikota Sabang |
Lengang, asri, yang begini yang bikin pikiran damai :) |
Peta wisata Sabang, belum semua saya singgahi -_- |
Benteng Jepang adalah tujuan utama saya. Sebuah benteng yang merupakan saksi sejarah bagaimana pulau ini sudah menarik hati banyak bangsa untuk memilikinya. Benteng Jepang (Japanese Fortress) ini menjadi saksi begitu kuatnya keinginan Jepang mempertahankan Sabang sebagai bagian dari jajahannya dan tidak jatuh ke pihak lain. Ini tak lain karena peranan Sabang yang besar dalam perdagangan.
Ada banyak benteng Jepang di Sabang sehingga selain dijuluki sebagai surga wisata bahari, Sabang juga dijuluki Kota Seribu Benteng. Dan salah satu benteng yang terkenal dan sering dikunjungi wisatawan adalah Benteng Jepang di Anoi Itam.
Benteng Jepang di Anoi Itam dilihat dari kejauhan |
Jalan menuju Benteng Jepang |
Travelmate saya. Nah yang di belakangnya itu Benteng Jepangnya |
Bagaimana saya tidak ingin berlama-lama disini kalau pemandangannya begini :D |
Waktu membuat kami harus meninggalkan Benteng Jepang di Anoi Itam untuk kembali ke kota Sabang dan mencicipi kulinernya.
Mie Jalak, kuliner khas Sabang. Mie nya kecil-kecil. Rasanya maknyuuuss... |
Sate Gurita, yang ini juga kuliner Sabang yang nggak boleh dilewatkan |
Sunset di Ujung Paling Barat Indonesia
Hari kedua di Pulau Weh, setelah mengunjungi Danau Aneuk Laot, kami menikmati siang di Pantai Gapang. Siang yang cerah, namun menikmatinya di Pantai Gapang rasanya udara tetap sejuk karena beberapa pohon tumbuh di pinggir pantai. Banyak penginapan dan operator dive dan snorkeling disini. Tapi karena tujuan kami adalah Iboih, jadilah kami hanya bermain-main di pinggir pantai. Membebaskan kaki dari sandal dan membiarkannya dicumbu pasir dan air laut.
Ntah kenapa saya suka dengan hasil jepretan saya yang ini ;) |
Main air |
Saya Diah, menyatakan sudah pernah ke Pantai Gapang. Kamu?! |
Ayunan yang membuat ceria |
Bermain ayunan. Orangnya gelap di foto mah nggak pa-pa. Fokus saja ke pemandangan keren di belakangnya :D |
Puas bermain ayunan dan pasir pantai di Gapang, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Melewatkan Iboih dan terus naik ke atas : Kilometer 0.
Inilah 0 kilometernya Indonesia. Titik awal perhitungan luas wilayah Indonesia. Sayangnya saat itu belum ada tulisan Kilometer 0 berukuran besar di depan tugu. Jadinya saya hanya melihat-lihat tugu 0 kilometer, lalu duduk-duduk di salah satu warung disana. Makan siang sambil memandang samudera luas di depan kami.
Itu bangunan putih itu tugu 0 km. sayang dulu belum ada tulisan besarnya |
Setelah lihat-lihat sana-sini, akhirnya kami menemukan penginapan sesuai keinginan. Letaknya di area bukit setelah dermaga Iboih. Aksesnya berupa tangga-tangga, jadi kendaraan tak bisa masuk. Untungnya parkir di Iboih aman.
Walau letih, tapi kami justru memilih kembali ke kilometer 0. Matahari sudah tak secerah sebelumnya. Apalagi jalanan cukup kecil dengan pepohonan di kiri-kanan jalan yang lebat jadi kesannya tambah gelap. Sesaat teman bertanya apakah lanjut, saya menganggukkan kepala.
Sampai di Kilometer 0, hanya ada beberapa orang bule dan orang lokal, kelihatannya guide-nya. Saya memilih duduk di sebuah batu di pinggir tebing. Paling ujung. Itu tempat paling ideal untuk menyaksikan momen matahari terbenam menurut saya.
Memandang matahari di ujung barat Indonesia |
Dan,,, yang dinanti-nanti pun tiba. Matahari dengan warna keemasan dan bias cahaya yang menjadikan langit sekitarnya juga tak kala indah itu perlahan-lahan turun. Kemudian menghilang di horizon. Saya terdiam dalam takjub. Juga haru. Khayalan saya semasa kecil untuk menyaksikan momen matahari terbenam di wilayah paling barat Indonesia akhirnya tercapai. Maka nikmat Tuhan yang manakah yang saya dustakan?!
Akhirnya... khayalan masa kecil pun jadi nyata, alhamdulillah.. |
Percayalah, aslinya jauh lebih indah dari yang di foto ini |
Sebelum Pulang, Snorkeling Dulu…
Hari ke-3. Sebelum kembali ke Banda Aceh, pagi hari saya menyempatkan diri snorkeling di Pantai Iboih. Sayangnya teman saya tak bisa menemani. Jadi saya snorkeling seorang diri. Tanpa kamera underwater pula. Ah, apa asiknya. Nanti dibilang no picture hoax pula.
Tapi toh saya kesini bukan untuk mendapat pengakuan ke orang-orang. Melainkan memenuhi panggilan dari impian saya sendiri. So, jalan terus lah… sewa alat snorkeling dan bersenang-senang sendiri. Malam tadi sudah menikmati tiduran di atas pasir sambil memandangi bintang dan debur ombak Pantai Iboih. Maka hari ini giliran melihat kehidupan bawah lautnya.
Pantai Iboih |
Snorkeling sendirian di di Iboih aman karena ombak pantai Iboih tidak terlalu besar. Selain itu, tepat di depan pantai ini terdapat Pulau Rubiah yang seakan menjadi pelindung kawasan Pantai Iboih dari ombak besar laut lepas. Kabarnya biota laut di kawasan Pulau Rubiah juga keren badai. Tapi saya belum berkesempatan nyeberang ke Rubiah. Hanya memandangi dari Iboih saja.
Pulau Rubiah, tepat di depan Pantai Iboih |
Masih banyak yang belum saya kunjungi di Sabang. Maka sebelum pulang, saya pun mengucapkan mimpi baru saya dalam hati. Mimpi untuk datang kembali, ke surga bahari di ujung barat negeri ini.
Sabang Marine Festival, salah satu event wisata di Sabang |
10 komentar
Sabang memang indah, gak ada satu tempatpun yang gak keren :D. Sebagai orang Aceh aku bangga, karena Aceh punya sejuta pesona yang khas dan masih asli untuk bisa dinikmati para wisatawan. Moga2 semua lokasi wisatanya tetep terpelihara kebersihannya ya Di ;).
BalasHapusIya kak, indah dan bikin kangen mah si Sabang ini :) Diah yang bukan orang Aceh juga bangga kak, negeri ini dikarunia keindahan dari ujung ke ujung, semoga kita bisa menjaga dan melestarikannya hingga bisa dinikmati oleh generasi mendatang :)
HapusAiiihh kecenya sabang.
BalasHapusBtw, itu poto yang naik ayunan cakep loh, tapi backlight ya. Padahal lebih oke lagi kalo pemandangannya oke, modelnya juga jelas :D
Makasih ya atas kunjungannya.
Nggak diragukan lagi mbak, Sabang memang kece :)
HapusIya itu foto saya juga nggak tau kenapa backlight. maklumlah kemarin sama-sama nggak ngerti fotographi. jadi nggak ngerti atur-mengatur kamera :)
saya penasaran dengan kilometer nolnya, mba. pengen banget kesana.
BalasHapussemoga suatu saat suami dinas kesana hehehe
aamiin.. semoga nanti diberi kesempatan untuk kesini ya mbak :)
HapusSabang ini salah satu tempat impian untuk dikunjungi. Semoga suatu saat nanti bisa kesini.
BalasHapusSalam
-deny-
aamin,,, kudoakan segera tercapai keinginan ya mbak. Sabang memang indah dan recommended untuk dikunjungi :)
HapusAduhhhhh
BalasHapusAku suka pohonnya, aku suka bentengnya, aku suka makanannya, aku suka sunsetnya, aku suka semuaaaaa ahhh hahhahah kapan bisa kesana ya.
Waktu kecil mamaku sempat tinggal di Sabang mba, mama suka cerita kalau di Sabang itu banyak kupu - kupu di pantai itu. Warnanya cantik - cantikkkkkk hihihihi. Liat foto - foto ini jadi pengen juga melipir ke Sabar.
iya mbak, atur waktu gih, melipir ke Sabang. emang cantik banget sabang ini, sayang untuk dilewatkan mah. aku aja walaupun udah pernah kesana, pengen kesana lagi. nggak bakal bosen deh..
Hapus