Air Terjun Tonduhan |
Mengunjungi Air Terjun Tonduhan di Simalungun - Wisata Sumut : Kalau kalian baca beberapa postingan di blog saya dan menemukan beberapa postingan tentang air terjun, jangan heran ya. Karena bisa dikatakan saya memang suka objek wisata air terjun. Berada di bawahnya dan merasakan tempias air yang menampar-nampar wajah itu rasanya menenangkan sekaligus menyegarkan.
Air Terjun Tonduhan ini saya kunjungi saat perjalanan pulang ke Medan dari Air Terjun Jambuara. Jadi saya kesini bareng kawan-kawan yang ke Air Terjun Jambuara : Fahmi, adiknya Fahmi, dan Ibenk. Berhubung letaknya tidak terlalu jauh masuk ke dalam dari jalan lintas, jadi kami menyempatkan diri untuk singgah, sekedar mengetahui seperti apa sih air terjun yang satu ini.
Fahmi, saya, Ibenk |
Baca Juga : Ngebolang ke Air Terjun Jambuara
Posisinya memang tak begitu jauh dari jalan lintas. Jalan menuju kesana pun jalan tanah tanpa bebatuan seperti jalan ke Air Terjun Jambuara. Plang petunjuk jalan terdapat di beberapa titik. Salah satunya tepat di pinggir jalan lintas. Jadi kalau kalian tengah melintas dari Pematangsiantar – Bandar Pasir Mandoge, plangnya ada di sebelah kiri ya.
Jalan menuju Air Terjun Tonduhan, jalan tanah namun relatif bagus, tidak berbatu |
Plang petunjuk |
Air Terjun Tonduhan berada di Desa Buntu Bayu, Kecamatan Tonduhan – Simalungun. Area parkir dan akses masuknya berada di area perkebunan kelapa sawit. Sampai di lokasi, kami langsung dimintai uang parkir. Saya lupa berapa jumlahnya, yang jelas disini si Fahmi sedikit kesal. Ya iyalah, belum juga turun dari sepeda motor udah datang tukang parkirnya. Langsung minta duit pula. Kirain mau kasi kertas parkir, ternyata suruh bayar dimuka. Ah… ngerusak mood ini si abang parkir.
Sama seperti Air Terjun Jambuara yang bisa dilihat dari atas (area parkir). Cuma bedanya ini air terjun letaknya nggak terlalu jauh ke bawah. Cuma ya tetap aja harus menuruni anak tangga. Fahmi dan adiknya memilih menunggu di atas karena sudah kelelahan sehabis dari Jambuara. Saya dan Ibenk sebenarnya juga lelah. Jadi bimbang mau turun apa cuma ngeliat dari atas doang. Apalagi kalau mengingat kami harus melanjutkan perjalanan ke Medan lagi, uuuh… capek ciiin.
Air Terjun Tonduhan dilihat dari area parkir |
Tapi ternyata rasa penasaran saya lebih besar dibanding kelelahan yang terbayang. Apalagi memang kami belum pernah ke air terjun ini sebelumnya *dan nggak tau juga kapan bakal kesini lagi, secara letaknya lumayan jauh dari Medan*. So, saya dan Ibenk pun memutuskan turun. Daaaan…. Di dekat tangga turun itu ada pos jaga, rupanya kena pungutan lagi kalau mau turun. Yeaaah.. Cuma 2 ribu perak sih memang, cuma lucunya kertas tiketnya cuma dikasi 1 aja. Ada sih tambahan tulisannya kali 2 orang, jadinya 4 ribu. Cuma kok ya saya ngerasa gimana gituh ya. Ah… mereka lagi menghemat kertas mungkin *mencoba berpikir positif*
Pos tiket di dekat tangga menuju air terjun |
tiket masuk |
Saya kok salah fokus ke perkebunan kelapa sawit di atasnya hihihiii |
Nggak ada tangan abang itu buat pegangan, pagar besi pun jadilah hahhahaa |
Bersama pengunjung yang lain |
usai tangga besi, berganti jalanan tanah perkebunan karet |
Tebing batunya itu coy.. disini berasa sejuk loh... |
Usai tangga besi. Jalanan berganti dengan tanah yang di atasnya berdiri perkebunan karet, sepertinya punya warga. Dari sini sudah dekat ke air terjun.
aliran sungai dari air terjun tonduhan |
Pengen menyentuh langsung air terjunnya, apalah daya tak bawa baju ganti |
Duduk di dekat air terjun itu selalu asik buat saya. Tapi kalau mau membandingkan dengan Air Terjun Jambuara yang sebelumnya kami kunjungi, saya lebih suka suasana di Jambuara. Entah karena kemarin itu saat kami mendekat ke air terjun bertepatan saat matahari sedang terik-teriknya, atau memang udara di Tonduhan tak sesejuk di Jambuara, saya kurang tau. Yang jelas kemarin itu panasnya terasa sekali ke badan. Tapi untungnya angin kerap berhembus, membawa serta tempias air terjun yang membawa efek sejuk, sekaligus bikin susah kalau mau futo-futo xixiixiixi..
Kebiasaan kalau ke air terjun, duduk di atas batu dan menikmati percikkannya |
Sampe tidur-tiduran boook... |
Baca juga : Air Terjun Sikulikap, Keindahan Lain Hutan Penatapan
Badewe, setelah beberapa kali ngetrip ke air terjun, saya jadi tau 1 trik agar foto tidak buram/berembun saat foto di dekat air terjun. Tunggulah saat angin tidak mengarah ke kita. Karena saat angin mengarah ke kita, percikkan air yang dibawanya serta bakal menempel juga ke kamera kita. selain itu, efek percikkan air yang beterbangan di udara membuat foto kabus/buram. Trik ini saya dapat setelah memperhatikan foto-foto saya saat ngetrip ke air terjun.
percikkan air yang terbawa angin membawa efek buram kalau difoto |
Sama seperti saat ke Air Terjun Jambuara, kami pun tak berlama-lama disini. Gini deh nggak asiknya ngetrip sambil diburu-buru waktu. Jadi nggak santai. Padahal saya itu paling suka duduk berlama-lama sambil menikmati suasana alam. Tapi yaaah mungkin perlu kesini lagi suatu saat, khusus untuk sekedar duduk di batu dan menikmati suasana.
Oya, saat memilih foto-foto untuk postingan ini, saya jadi tau kenapa di Air Terjun Jambuara udaranya terasa lebih sejuk. Bisa jadi karena Air Terjun Jambuara lebih tinggi dari Air Terjun Tonduhan, jadi otomatis tebingnya lebih tinggi. Selain itu tebing di Air Terjun Jambuara bentuknya seperti cekungan, ditambah lagi hutan yang masih asri di sekelilingnya dengan aneka jenis tumbuhan liar. Di Tonduhan, bentuk tebingnya tidak terlalu cekung. Lahan di sekitar air terjun juga sudah berfungsi jadi kebun karet dan kelapa sawit. Meski sama-sama pohon, tapi bisa jadi kan berbeda kualitas penyerapan CO2 dan penghasilan O2 *analisis asal-asalan*.
Tapi meskipun begitu, keduanya tetap terlihat cantik dan layak untuk dikunjungi. Saya aja pengen suatu saat kesini lagi. Secara belum ngerasain mandi disini.
Ada yang pernah ke Air Terjun Tonduhan? Share dong pengalamanya :)
1 komentar
Wisata alam Indonesia, cuma Rp. 2000 udah bisa menenangkan pikiran. Murah meriah untuk semua kalangan, dengan keindahan alam yang tetap terjaga.
BalasHapus