CEGAH STUNTING UNTUK MASA DEPAN BLING-BLING

00.41

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting


Cegah Stunting Untuk Masa Depan Bling-Bling :

“Cita-citaku dulu pengen jadi model, tapi nggak jadi karena kurang tinggi.”

“Yaaah sayang banget tingginya masih kurang, padahal lagi butuh kerjaan.”

“Sebenarnya aku nggak suka sih pakai high heels, tapi karena pendek jadi aku siasati pakai sandal tinggi hehhehee.”

Sering dengar kalimat senada di atas nggak sih?! Kalau saya sering ya. Bahkan dulu sering juga mengalaminya. Gagal ngelamar kerja karena kurang tinggi hahhahaa…


Iya loh, dulu saya pas kuliah kan termasuk job hunter. Kerja apa aja mau asal halal. Dan jadi SPG merupakan salah satu kerjaan yang bisa dilakukan sambil kuliah. Saya jenis pekerjaan satu ini seringnya selain mengutamakan wajah yang cantik juga fostur tubuh musti tinggi. Lah saya, masih kurang 2 senti dari 155, nyesek kan!


Tinggi badan emang menjadi syarat mutlak untuk beberapa profesi. Sering juga jadi bahan candaan dalam pergaulan sehari-hari. Biasanya, yang kena ejek pendek sih ngeles karena faktor ketururan.


Tapi bener nggak sih kalau fostur tubuh pendek itu karena keturunan?!


Menurut saya iya. Selama ini saya selalu mikir kita yang berfostur tubuh pendek itu mutlak disebabkan oleh faktor keturunan. Tapi sejak beberapa jam lalu pemikiran itu terbantahkan. Tubuh yang pendek tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan. What? Jadi karena apa dong?!


Hari ini, Jum’at 29 September 2017, saya berkesempatan untuk hadir di acara flash blogging dengan tema “Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting” di Gerbera Room, Four Points Hotel by Sheraton Medan.

Direktur Kemitraan Komunikasi Kemkominfo, Dedet Surya Nandika memberikan kata sambutan sekaligus membuka acara


Acara yang dibuat oleh Direktorat Kemitraan Komunikasi (Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kemkominfo) ini membuka mata saya bahwa ternyata fostur tubuh yang tidak ideal itu tidak semata-mata karena keturunan. Dan yang lebih mencengangkan saya lagi adalah, ternyata tubuh berpengaruh terhadap kehidupan kita di asa depan. Nggak percaya? Artinya kamu harus baca postingan ini sampai akhir ya :)


Oya, sebelum bahas lebih dalam, mungkin ada yang bertanya-tanya tentang kata “stunting” yang ada dalam tema acara hari ini. Singkatnya, stunting adalah kondisi dimana balita mengalami gizi buruk sehingga mengakibatkan tubuhnya lebih pendek dari standar tinggi badan seumurannya.


Acara flash blogging Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting ini dipandu oleh Pak H.M Ayub, SE dari direktorat gizi. Menghadirkan dua pembicara kece yakni Galopong Sianturi, SKM, MPH dari Kementerian Kesehatan, dan Mira Sahid, founder Emak Blogger.

Pak Galopong Sianturi tengah memaparkan tentang stunting kepada peserta


Cegah Stunting untuk Masa Depan Bling-Bling, kalimat itu begitu saja muncul di kepala saya begitu mendengar tentang fakta-fakta mengenai stunting dari narasumber. Lah, emang apa hubungannya stunting dengan masa depan kita?


Ternyata ada hubungannya loh. Contohnya saja seperti kalimat pembuka postingan saya ini. Ada banyak orang yang terhalang cita-citanya, dijadikan bahan olok-olok dalam pergaulan, dan terlewatkan kesempatannya dalam dunia kerja dikarenakan tubunya yang pendek. Ini masih terkait masa depan di dunia kerja, belum lagi dalam hal kesehatan, seseorang yang ketika kecil mengalami stunting ternyata memiliki risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) lebih tinggi dibanding yang tidak mengalami stunting.


Singkatnya, berikut fakta-fakta tentang stunting yang musti kita ketahui :

- Stunting tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan.

- Sebanyak 9 juta atau 1/3 balita di Indonesia mengalami stunting.

- Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama. Kekurangan gizi ini bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, imbas dari pola asuh yang tidak sesuai, bisa juga karena infeksi bakteri/kuman dikarenakan pola hidup yang tidak bersih.

- Stunting bisa mengakibatkan perkembangan otak dan fisik terhambat, sulit berprestasi, rentan terhadap penyakit, dan mudah menderita kegemukan ketika orang tersebut telah dewasa. Kegemukan ini meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya.

- Di usia produktif, penderita stunting memiliki penghasilan 20% lebih rendah dibanding anak yang tumbuh optimal.

- Dalam lingkup global, stunting ternyata menurunkan produk domestic bruto negara sebesar 3 %, wah,,, menurunkan pendapatan negara juga ternyata ya. Bayangin, negara mengalami kerugian mencapai 300 triliun rupiah pertahun. Weleh..weleh…


Ternyata ya, stunting nggak hanya berpengaruh pada masa depan seseorang, tetapi juga pada masa depan bangsa. Bayangin aja kalau banyak anak Indonesia yang mengalami stunting, yang berimbas pada menurunnya prestasi bangsa dan meningkatkannya jumlah PTM, bisa dibayangkan kan gimana masa Indonesia kedepannya.

Jadi, penting banget buat mencegah stunting sejak dini. Walaupun jumlah stunting di Indonesia cukup besar, masih ada harapan kok guys. Stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan dan kecukupan gizi khususnya di 100 hari pertama kehidupan (HPL).


1000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas tiap orang. Dimulai dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. So, buibu yang lagi hamil, utamakan konsumsi makanan bergizi agar kebutuhan nutrisi ibu dan janin terpenuhi ya. Utamanya makanan yang bersumber protein hewani. Setelah lahir, usahakan asi ekslusif selama 6 bulan. Teruskan memberi ASI hingga anak berusia dua tahun, dibarengi dengan MPASI yang sesuai dengan kebutuhan gizi anak.


Yuuuk ah, cegah stunting, agar masa depan jadi bling-bling :)

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar