Touring ke Bukit Indah Simarjarunjung bareng Sheilagank Sumut |
Touring Ke Bukit Indah Simarjarunjung dan Pantai Parbaba Bareng Sheilagank Sumut : Kalau kalian sering baca blog saya pasti tau kalau saya tergabung di komunitas Sheilagank Sumut. Iya, fansnya Sheila On 7 di Sumatera Utara. Kami lumayan sering jalan-jalan bareng.
Touring kali ini bisa dikatakan niat nggak niat. Pasalnya sampai menjelang keberangkatan komunikasi kami masih sebatas, iya, ayok, fix nih, jam 11 berangkat. Gitu-gitu mulu tapi nggak berangkat-berangkat. Tapi akhirnya saya dan Ibenk nekat ke rumahnya Dian yang baru aja pulang kerja. Si Arif yang katanya stand by malah baru mau gerak dari Stabat sono. Luar biasa euy..!
Kami berangkat cuma 2 sepeda motor, saya, Ibenk, Dian, dan Arif. Berangkatnya jam berapa?! Tengah malam ciiin, sekitar jam 2 pagi. Ueeedaaan… saya sebenarnya melihat raut kekhawatiran emaknya Dian. Cuma ya dasarnya kami memang sedikit sinting, jadi yo berangkat aja, tentunya sambil minta doa biar aman-aman aja sampai balik lagi ke Medan.
Kenapa kami sesinting itu? Nekat berangkat touring dini hari. Saya juga nggak tau kenapa hahhahaa.. mungkin karena kami berburu waktu kali ya. Secara Dian hari minggunya musti kerja. Jadi kami punya waktu paling lambat besok malam musti nyampe Medan lagi.
Baca juga : Camping di Gajah Bobok bareng Sheilagank Sumut
Menuju Simarjarunjung, saya berboncengan dengan Ibenk, Dian dibonceng Arif. Kami berangkat lewat rute Medan-Berastagi-Kabanjahe-Simarjarunjung. Sepanjang jalan Medan – Sibolangit saya lalui dengan penuh perjuangan. Nguantuuuk ciiin. Rasanya pengen nyandar aja di bahu pak supir, cuma takutnya entar Ibenk ngantuk juga, kan bisa berabe. Jadi sepanjang jalan saya sekuat tenaga nyoba buat tetap terjaga. Dari mulai ngajak Ibenk cerita, main tebak-tebakan, sampe nyanyi-nyanyi nggak jelas.
Kami berenti di SPBU di Sibolangit. Membeli beberapa jajanan untuk sarapan pagi. Ini salah satu kesintingan kami juga, sudah tau daerah sekitaran Danau Toba itu warung makan muslimnya nggak sebanyak di Medan, kok ya nekat nggak bawa bekal.
Meninggalkan Sibolangit, jalanan mulai menanjak dan berkelok. Dingin mulai terasa setelah melewati Penatapan. Perjuangan pun bertambah. Dari melawan kantung menjadi melawan kantuk dan dingin.
Kami kembali berhenti di pinggir jalan di depan Bukit Kubu. Mendiskusikan rencana selanjutnya. Diperkirakan kalau lanjut jalan, sampai ke Simarjarunjung sekitar jam 6 pagi. Masalahnya Arif dan Ibenk agak sangsi dengan jalan kesana kalau malam-malam begini. Gelap dan berisiko katanya.
Akhirnya kami sepakat untuk singgah ke Sipiso-piso dulu. Di Sipiso-piso ada warung muslim, kami berencana ngopi dulu disana sembari menunggu waktu untuk melanjutkan perjalanan ke Simarjarunjung. Tak apalah agak melenceng dikit ke Sipiso-piso daripada maksa lanjut ke Simarjarunjung terus kenapa-napa, pikir saya.
Sampai di Sipiso-piso, warungnya tutup hahhahaa…. Ya kali buka 24 jam, ternyata nggak. Kami berencana balik arah namun pemilik warung membuka pintu dan menyilahkan masuk. Kami bingung mau masuk apa lanjut, soalnya segan juga mengganggu tidur si ibu pemilik warung. Tapi ya mungkin aja si pemilik warung mikir ini jalan rejekinya, jadi pagi-pagi buta datang pun tak mengapa.
Kami masuk. Di dalam ada sekitar 5 orang kalau tidak salah ingat. 3 perempuan dan 2 laki-laki. Mereka tidur keruntelan selimut. Mengenakan jaket, kaus kaki, dan syal di leher. Duinginnnya memang mulai meresahkan hahhahaa.
Arif memesan minum. Saya dan Dian ke kamar mandi. Udara dingin membuat kami ingin pipis-pipis terus. Si Dian mulai resah karena ia ternyata alergi udara dingin. Badannya mulai gatal-gatal karena bidur.
Baca juga : Kemenangan Sheila On 7 di Indonesian Choice Award 2015
Usai ke kamar mandi, Dian memesan minumnya. Saya memilih untuk rebahan. Ibenk juga. Di warung ini memang biasa dijadikan para pengunjung untuk numpang sholat, dan biasanya untuk numpang istirahat sejenak, meluruskan badan bagi mereka yang touring atau yang baru camping entah itu dari Bukit Gundul Sipiso-Piso ataupun dari Gajah Bobok.
Jadi selain menyediakan meja dan kursi untuk warung mereka, ada ruangan yang cukup lebar untuk yang ingin rebahan *yang ternyata kalau malam jadi ruang tidur pemilik warung*
Saya memilih rebahan ketimbang ngopi. Soalnya khawatir reaksi tubuh kalau pagi buta begini minum kopi ataupun teh. Kalau sedang di rumah sih tak apa. Ini di perjalanan. Bakal repot nanti kalau badannya ngulah. Jadi saya memilih untuk tidur sejenak, itung-itung istirahat.
Tapi etapi saya nggak bisa tidur sodara-sodara. Udaranya dingin bangeeeet. Saya lihat seorang pria yang tidur melungker berbalut selimut di sudut ruangan. Di sudut lain ada Ibenk yang dengkuran halusnya kedengaran ke tempat saya. Heran tuh anak kok bisa tidur di tempat sedingin ini, nggak pake selimut lagi. Warbiasaaah.
Saya benar-benar nggak bisa tidur dibuat dingin. Cuma rebahan doang jadinya. Miring kanan, miring kiri, nggak bisa tidur juga. Yoweslah saya nyerah, gabung sama Arif dan Dian yang lagi ngopi.
Entah jam berapa saat itu, setelah Ibenk bangun, kami akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Jangan tanya saya rute jalan ke Simarjarungjung via Kabanjahe, karena walaupun saya di motor nggak tidur, ya tetap aja saya nggak ingat rutenya. Yang saya ingat kami melewati jalanan berbukit yang disamping kirinya badan bukit dengan pepohonan, sedang sebelah kanannya adalah Danau Toba dengan pemandangan perbukitan di sekelilingnya.
Entah di kelokan ke berapa, kami memutuskan berhenti di sebuah tempat pemberhentian tak terurus berupa kursi semen dengan atap di atasnya. Posisinya tepat di tikungan dan di pinggir jurang. Arif mengeluarkan alat memasak air. Pagi itu sungguh dingin. Tapi saya masih bisa menikmati pemandangan berupa hamparan danau yang luas dengan kabut yang menyelimutinya. Berbeda dengan Dian yang sudah tak nyaman dengan dingin yang menggigit. Bidurnya makin parah.
Menunggu air mendidih, kami berbicang sambil cekikikan. Entahlah, pagi itu entah kenapa hal-hal sederhana pun jadi terasa lucu hingga menjadi alasan untuk terkikik. Kombinasi dingin dan pemandangan pagi yang cetar itu membuat kami ingin tertawa terus. Tapi si Dian tetep sih, ketawa-ketawa sambil ngedumel karena bidurnya :D
Pagi itu menu sarapan kami adalah mie instan cup yang kami beli di minimarket di Sibolangit. Di tengah dingin, aroma mie instan menyeruak masuk ke indera penciuman yang refleks membuat indera perasa saya bergetar. Mie instan memang pilihan yang tepat di kala dingin. Praktis. Meski dari sisi kesehatan mungkin tidak dianjurkan bagi orang-orang yang dalam perjalanan karena sebenarnya membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Tapi di antara kabut dan dingin yang membuat gigi bergemeletak, siapa yang sanggup menolak godaan mie instan? :D
Saya berkali-kali menyeruput kuah mie instan. Selain rasanya bikin lidah bergoyang, panasnya cukup ampuh lah buat tenggorokan dan perut hangat walau sesaat.
Sarapan mie instan di pinggir jurang |
Usai sarapan dan memberesi peralatan, juga memungut sampah, kami melanjutkan perjalanan menuju Bukit Indah Simarjarunjung. Eh iya sampe lupa cerita. Bukit Indah Simarjarunjung ini lagi hits banget kala itu *sekarang juga*. Tempatnya berupa rumah-rumah pohon dengan view Danau Toba. Tapi jangan berpikir rumah pohonnya beneran rumah pohon seperti umumnya, karena ya cuma papan-papan seuprit di dahan pohon, cuma buat duduk seorang dua orang. Tempat wisata model beginian emang lagi hits di beberapa daerah di Indonesia. Kalau di Jawa seperti di Kalibiru Jogja.
Kami berempat sebenarnya nggak ada yang tau letak pastinya Bukit Indah Simarjarunjung ini. Jadi ya cuma ngikutin jalan aja sambil celingak-celinguk liat papan penanda. Saya awalnya mikir letaknya itu di restoran di Simarjarunjung yang biasa disinggahi para wisatawan yang biasa pakai jasa travel agent. Soalnya saya pernah beberapa kali ke restoran itu bareng pak bos yang emang pengusaha travel. Palingan dekat-dekat situ lah, pikir saya. Eh ternyata bukan.
Kami terus saja mengikuti jalan lintas Simarjarunjung. Sampe akhirnya kelihatan tuh plang bertuliskan Bukit Inda Simarjarunjung. Yeaaayyy.. akhirnya nemu juga tuh bukit. Terus aja kami memarkirkan sepeda motor. Tiketnya 5 ribu rupiah. Its oke lah saya pikir. Kalau sekarang nggak tau udah berapaan tiketnya.
Waktu itu hari udah terang. Tapi dinginnya emang yahuuud. Kami mendaki sedikit untuk mencapai puncak bukit, tempat rumah pohon yang lagi hits itu. Karena waktu itu memang masih baru-baru hits, cuma ada 1 rumah pohon berbentuk love yang siap untuk pengunjung. Jika ingin naik dan berfoto harus bayar lagi, per orang 5 ribu.
Sepagi itu dan bukan hari minggu, kami kira kami bisa menikmati Bukit Indah Simarjarunjung dengan santai. Bisa santai foto-foto tanpa takut ‘bocor’ karena banyaknya pengunjung. Bisa berfoto di rumah pohon tanpa harus ngantri. Tapi ternyata kami kami keliru. Pagi itu udah rame ciiin Bukit Indah Simarjarunjung. Warbiasaaaak deh ya.
Kalau cuacanya cerah kira-kira bakal seperti inilah pemandangannya. (foto : wisatalova[dot]com) |
Jadi karena kami lihat banyak yang foto-foto di rumah pohon, kami pun nyoba berkeliling sejenak. Bukit Indah Simarjarunjung ini adalah salah satu bukit di pinggiran Danau Toba. Jadi kalau kita foto di salah satu rumah pohon itu pas cuaca lagi bagus view nya bakal kece badai karena menawarkan view Danau Toba yang luas itu. Cuma kemarin itu lagi berkabut sih, jadi danaunya ketutup kabut. Itu juga yang buat kami nggak begitu semangat buat berfoto. Saya mah semangatnya menikmati pemandangan aja.
Kemarin pengen foto disini tapi danaunya tertutup kabut, nggak jadi deh. (foto : wisatalova[dot]com) |
Area Bukit Indah Simarjarunjung sebenarnya tidak begitu luas namun juga nggak kecil-kecil amat. Selain rumah pohon berbentuk hati, ada dua rumah pohon lain yang sedang dalam tahap pembangunan. Terus ada juga beberapa ayunan. Buat saya yang memang jatuh hati pada suasana alam, ayunan sambil menikmati rindang pepohonan cemara aja udah asik sih, tapi dengan catatan saat pengunjung sepi ya.
Buat yang hobi camping, saya lihat ada juga beberapa tenda disana. Artinya boleh mendirikan tenda disana. Tentunya dengan membayar retribusi.
Sekarang bunga-bunga yang baru ditanam itu udah tumbuh sumbur belum ya |
Melihat banyaknya yang antusias buat foto di rumah pohon, kami waktu itu malah males mau foto. Apalagi si Dian. Dia bener-bener udah nggak mood foto-foto karena kedinginan. Alerginya semakin parah. Tapi berhubung kami juga nggak tau kapan bakal kesini lagi, jadi ya memutuskan buat foto lah. Ntar nggak ada foto katanya hoax.
Tapi etapi, gitu jumpai pengelola, ternyata udah panjang bangt antriannya. Si abang pengelola nunjukkin kertas berisikan urutan nama mereka yang ngantri buat naik ke rumah pohon dan berfoto. Si abang ini memang dari tadi pegangin mike. Jadi kalau udah ada yang selesai foto, dia bakal panggil nama selanjutnya di antrian. Kata si abang kalau kami mau ikut antrian, seenggaknya 30-60 menit lagi lah baru dapet giliran.
Nampaknya sepi, tapi ini banyak loh yang ngantri mau foto disini |
Acara ngantri ini bikin kami makin nggak mood buat foto di rumah pohon. Apalagi danaunya berkabut. Syudah lah, kami memutuskan berfoto dengan background rumah pohonnya aja sebagai tanda kami pernah kesana. Itu pun fotonya banyak yang udah di hapus sama Dian. Waktu itu hape saya rusak, jadi pakai hapenya Dian. Karena foto-foto saya udah di kirim ke hape Ibenk, jadilah dihapusnya foto-foto saya biar memori nggak penuh. Eh ternyata memori hape Ibenk juga hank. Hilanglah sudah foto-foto saya bukti udah pernah ke Bukit Indah Simarjarung :(
Yaaah... akhirnya selfie bareng aja lah, tanda udah pernah kesini |
Karena makin lama makin ramai dan si Dian makin nggak tahan, kami pun memutuskan buat meninggalkan Bukit Indah Simarjarunjung. Kemana? Nyebrang ke Samosir hahahhaaa… iya, ternyata Bukit Indah Simarjarunjung dekat ke Pelabuhan Tigaras, salah satu pelabuhan menuju Pulau Samosir. Palingan cuma 15 menit aja jarak tempuhnya.
Sekarang udah banyak wahana dan rumah pohon lainnya di Bukit Indah Simarjarunjung. Tempat-tempat lain dengan dekorasi yang mirip-mirip Bukit Indah Simarjarunjung pun banyak dibuka di sepanjang jalan Simarjarunjung. Sekali waktu saya pernah melewati bukit ini lagi, tapi urung untuk singgah karena tau pasti bakal ngantri.
Sekarang udah ada wahana seperti dalam foto ini gaes. Jadi pengen kesini lagi tapi jangan pas rame. (foto : 3.bp.blogspot.com) |
Oke lah, sampai disini cerita tentang Touring ke Bukit Indah Simarjarunjung bareng Sheilagank Sumut. Ngapain aja kami di Samosir? Ntar saya bagi ceritanya di postingan selanjutnya ya.
22 komentar
Bagus ya Mbak sebenernya view-view nya. Tapi sayang foto pribadinya dikit banget. Hehehe. Mungkin lain kali ya foto aja suasana di sana, orang2 yg lagi ngantri bagus juga loh buat info bagi calon pengunjung :)
BalasHapusWah aku juga penggemar sheila on 7 apa itu berarti usia kita sama!btw keren yaa prmandangan disana
BalasHapusKronologis banget ceritanya.., namanya setiap perjalanan..selalu seru untuk diceritakan ya...
BalasHapusAduh..itu tempatnya Instagram able banget tak...sayang cuaca gak mendukung...karena berkabut..
Itu berangkat jam 2 pagi beneran? Warbiasah mbak ckckckckkc...
HapusKalau aku rasanya ga akan dibolehin sama suami tuh brangkat sepagi itu. Hmm..lagian ga ngeri mbak berangkat gelap2? 😱
sheilagank juga dong 😂😂..
BalasHapusgils, belum pernah sih ke tempat yg bisa foto keren di pohon kayak gtu. pengen. haha. lumyan kan buat feed ig. 😂
Ya Allah jam 2 malam.... Aku jalan dr jam 6 pagi aja ngantuk dan kedinginan, eh ini beraninyaaa
BalasHapusSekarang tempat2 byk yg hits. Kalau mau poto2 banyak antrian. Aku palingan juga males kalau harus antri gitu
Bukitnya indah banget ya. Sayang jauh dari Bandung. Kalau di Bandung ada The Lodge Maribaya. Masuk kantong rencana perjalanan ah
BalasHapusSeru banget tripnya! Apalagi sama fanbase ya ini, udah akrab banget jadi nyenengin.
BalasHapusKayaknya Teman Tulus Semarang perlu niru kayak gini juga nih. Hihi. Ditunggu cerita tripnya di Samosir, kak! :D
Bagus bangeet pemandangannya..! Kalau di Bandung ada The Lodge tempat yang bisa foto-fotodi atas ayunan. Tapi kalau di Bandung gak ada birunya laut seperti di sana.
BalasHapusPerpaduan yang sangat indah, hijaunya bukit dan birunya air...aah..jadi pengeen ke sanaa...!
wah pemandangannya seger banget, jadi pengen ke sana juga tapi jauuuh banget kalo dari sini..
BalasHapusseru juga kayaknya sambil touring motor gitu ya mba, tapi gak kebayang capeknya hehe
Waaah aku juga penggemar SO7! Toss!! Etapi ga gabung di sheilagank sih.
BalasHapusEpic amat itu berangkat jam 2 dini hari! 😂
Bagus pemandangannya ya kalau cuacanya sedang cerah. Ingin kesanaaaa. Disana sedingin itukah, mbak?
Aku juga sudah lama bgt kepengen ke Danau Toba. Jaraknya apakah lumayan dekat dari Bukit Indah Simarjarunjung?
Trrnyata di Medan ada juga tempat kekinian seperti ini, ya. Aku baru tahu mbak Diah. Kemarin pas ke Medan cuma jalan2 seputaran kota Medan aja, ga sampai ke sana. Semoga kalau ada kesempatan ke medan lagi, aku bisa ke bukit itu.
BalasHapusSeru banget ya perjalanannya mbak. Bukitnya cakep. Viewnya indah.
BalasHapusEmang sih kl merencanakan perjalanan suka gak jadi-jadi ya mbak. Saya pernah ngalamin karena masing2 pada sibuk. Akhirnya jadi juga setelah melalui beberapa kesepakatan dan kadang tidak direncanakan.
Jadi pingin kesana nih mbk.
Kompak banget siik...ku jadi pingin ikutan komunitas yang suka touring.
BalasHapusKalau touring gini, yang paling penting bawa peralatan atau obat-obatan apa siih?
Kebayang kalau cape-cape kan jadi merusak rencana touring...
Oh ia, doain aku nanti bisa ke sana juga ya mbak. Pngen pake banget. Viewnya kece, kayak di film2 (mulai ngayal)
BalasHapusAsyik sekali kalau hobi dolan ya. Dan tampaknya gang jalan-jalanmu sudah fix. Jadi ngiri banget, swear.
BalasHapusKalau dari foto yang kamu pakai, bukit Simarjarunjung memang benar-benar indah.
Jadi inget masa muda kalau jalan2 ke tempat ginian, sama saya juga dulu suka pergi jam 1-2 pagi kalau naik gunung, ngejar sunset kan Hahahahha..
BalasHapusSeru ya kalau punya gang sepemikiran..
Aku kayanya udah baca seri Sheila Genks ini dua kali. Kalian kompak banget! Simarjurunjung ini bagus banget ya, kapan-kapan ke sana deh. Ehe
BalasHapusWaaaaa seruuu bangeett.. Hihi
BalasHapusTouring rame2,
Tapi masak iya jam 2 pagi vanget gitu brangkatnya, huwoooo niaaattt...
Aku terakhir motoran paling ke jogja, atau jepara. Hehehe
wah asik banget nih ke bukin yang benar benar indah banget. apalagi bareng bareng genk genk'annya. Lebih seru banget pastinya dong ya kak. Lebih suka pemandangannya gila banget buat refreshing banget
BalasHapusMbayangin kalau bunga2nya udah tumbuh kyk apa ya? Coba balik mbak, trus foto bunga2nya yg mungkin dah mekar hehe
BalasHapusBtw jd soal makanan di sana kudu ati2 ya mbak? Untung ada warung muslim ya?
TFS :D
hobby touring banget mbak, hihihi
BalasHapus